Selasa, 07 Januari 2014

Peta Dukungan Capres Berubah

SURVEI KOMPAS (1)
Bestian Nainggolan

SETAHUN menduduki puncak popularitas, laju dukungan terhadap Joko Widodo sebagai calon presiden masih deras mengalir. Kali ini, pesonanya tidak hanya menarik kalangan yang belum memiliki sosok presiden pilihan. Ia juga berhasil mengalihkan dukungan mereka yang sebelumnya sudah memiliki calon presiden idaman.

Yang mencuri perhatian justru Wiranto. Perubahannya sangat signifikan. Jika dua hasil survei sebelumnya masih menempatkan Wiranto pada posisi bawah perolehan dukungan, kali ini dia melesat.

Kesimpulan ini diperoleh dari hasil perbandingan tiga survei opini publik  Kompas yang dilakukan secara periodik (survei longitudinal) terhadap sekitar 1.400 responden calon pemilih Pemilu 2014, yang tersebar acak di 33 provinsi.

Ketiga hasil survei mengindikasikan sepanjang satu tahun terakhir, perubahan peta dukungan pemilih kepada sosok yang diminati sebagai calon presiden berlangsung sedemikian dinamis. Di satu sisi, hasil survei menunjukkan semakin kecil proporsi pemilih yang belum memiliki preferensi calon presiden. Dengan perkataan lain, mayoritas pemilih sudah semakin jelas preferensinya terhadap sosok yang akan menjadi presiden mendatang.

Survei pertama yang dilakukan pada Desember 2012 masih menunjukkan sekitar 33 persen calon pemilih belum memiliki preferensi sosok presiden. Saat ini, tinggal 11 persen pemilih yang belum menentukan sosok pilihannya.

Pada sisi lain, terjadi pula perubahan yang amat dinamis di antara kalangan yang sebelumnya sudah menyatakan punya sosok presiden pilihan.

Dalam hasil survei ini, terdapat sosok calon presiden yang setahun terakhir konsisten mengalami surplus dukungan. Namun, ada juga sosok yang dalam satu tahun terakhir ini cenderung statis. Terdapat pula sebagian calon presiden idaman pemilih yang justru mengalami defisit dukungan dari waktu ke waktu.

Jokowi unggul

Dinamika politik semacam itu menempatkan Jokowi sebagai sosok yang paling diunggulkan sebagai presiden. Secara konsisten, ia paling banyak meraih dukungan pemilih. Hasil survei terakhir (Desember 2013) menunjukkan, 43,5 persen responden menyatakan memilih Jokowi sebagai presiden jika pemilu dilakukan saat ini.

Dibandingkan dengan dua hasil survei sebelumnya, dukungan terhadap sosok Jokowi melonjak pesat (Grafik). Jika sebelumnya, ia berhasil melipatgandakan dukungan dari 17,7 persen menjadi 32,5 persen pemilih, kali ini daya pikatnya terus bertambah hingga 11 persen dukungan pemilih menjadi 43,5 persen.

Pada mulanya, lonjakan dukungan terbesar kepada Jokowi bersumber dari para pemilih yang memang belum memiliki preferensi sosok presiden idaman. Sesaat setelah kemunculan dan berkiprah sebagai Gubernur DKI Jakarta, sebagian besar pemilih yang belum memiliki preferensi langsung terpikat. Dukungan pun meluas hingga dua kali lipat pada Juni 2013. Ketika calon presiden lain masih berkutat pada karakter pendukung yang bersifat eksklusif, dukungan terhadap Jokowi justru inklusif, telah melampaui sekat-sekat demografi, sosial-ekonomi, ataupun latar belakang politik pemilih.

Lonjakan peningkatan dukungan terhadap Jokowi kali ini tidak hanya berasal dari basis dukungan sebelumnya, kalangan yang belum memiliki sosok presiden idaman. Ia mulai menggoyahkan posisi politik calon presiden lain. Mereka yang sebelumnya sudah menjatuhkan pilihan kepada salah satu sosok, mulai terpengaruh. Lebih dari itu, semakin banyak yang tidak loyal dan mengalihkan dukungan kepada Jokowi.

Menariknya, penurunan loyalitas pemilih terbesar justru terjadi pada Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai tempat Jokowi berpijak. Hasil survei ini menunjukkan, hampir separuh responden yang sebelumnya mengaku memilih Megawati kini mengalihkan dukungan kepada Jokowi. Kontan, dukungan kepada Megawati merosot dari waktu ke waktu. Kini, tingkat keterpilihan Megawati tinggal 6,1 persen pemilih.

Sekalipun terus-menerus mengalami surplus dukungan, tidak berarti keseluruhan pemilih Jokowi bertahan pada pilihan mereka. Membandingkan dengan hasil survei sebelumnya, memang loyalitas pendukung Jokowi masih tertinggi (67 persen).
Namun, sepertiga pendukungnya pun kini mulai beralih kepada sosok calon presiden lain, seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Wiranto, atau bahkan terdapat sebagian yang justru kini ragu untuk memilih sosok pengganti.

Prabowo-Aburizal ketat

Selain terhadap Jokowi, berbagai dinamika dukungan setahun terakhir juga berlangsung pada sosok calon presiden lain. Persaingan paling ketat, misalnya, kini berlangsung pada posisi kedua perolehan dukungan. Total proporsi dukungan terhadap sosok Prabowo Subianto kini semakin didekati Aburizal Bakrie.

Dari sisi loyalitas, para pendukung kedua sosok tersebut sebenarnya relatif sama rentan. Dibandingkan dengan survei sebelumnya, sekitar separuh bagian para pendukung kedua tokoh itu mengalihkan dukungan kepada sosok idaman lain. Sementara separuh lainnya memilih bertahan.

Di sisi lain, mereka juga menerima limpahan dukungan pemilih baru yang pada survei sebelumnya memilih sosok di luar mereka berdua. Perbedaan di antara keduanya, dalam survei ini, tambahan dukungan pemilih kepada Prabowo tidak sebesar dukungan yang hilang. Namun, sebaliknya bagi Aburizal, kehilangan dukungan masih terbalas oleh tambahan dukungan baru.

Wiranto melesat

Peningkatan signifikan justru terjadi pada Wiranto. Jika dua hasil survei sebelumnya masih menempatkan Wiranto pada posisi bawah perolehan dukungan, kali ini meningkat. Dengan keterpilihan mencapai 6,3 persen, Wiranto bersaing dengan Megawati Soekarnoputri dan meninggalkan Jusuf Kalla.

Namun, jika dilihat dari aspek loyalitas, basis dukungan Wiranto juga tergolong rentan. Lebih dari separuh bagian pendukungnya semula berganti dengan para pendukung baru. Positifnya, saat ini, tambahan pendukung masih lebih besar dari dukungan yang hilang.

Bagi Jusuf Kalla, perubahan dukungan juga teralami. Pada ketiga hasil survei penurunan terus berlangsung. Terakhir, tinggal 3,1 persen pendukungnya. Di satu sisi, sebagian pendukungnya tersedot sosok Jokowi. Begitu pun daya pikat Prabowo, Aburizal, dan Wiranto mampu pula memengaruhi pendukung Jusuf Kalla untuk beralih pilihan. Sebaliknya, tambahan dukungan diperoleh Jusuf Kalla dari para pemilih Aburizal sekalipun dalam proporsi yang kalah besar ketimbang kehilangannya.

Berbagai perubahan dukungan yang terungkap dari survei ini hanya berlangsung pada calon presiden yang sudah dikenal publik. Tepatnya, perubahan lebih terfokus pada sosok-sosok yang sejauh ini memperoleh proporsi dukungan signifikan. Sementara sosok calon presiden yang selama ini meraih dukungan rendah relatif statis.

Sosok Mahfud MD, Hatta Rajasa, hingga Yusril Ihza Mahendra sejauh ini belum menunjukkan geliat peningkatan atau penurunan dukungan. Begitu pun Hidayat Nur Wahid masih tidak beranjak dari posisi perolehan survei sebelumnya.

Sementara itu, kesebelas sosok calon presiden peserta Konvensi Demokrat masih rendah tingkat keterpilihannya. Keterkenalan sosok di mata pemilih masih menjadi kendala. Hanya Dahlan Iskan, Anies Baswedan, dan Pramono Edhie yang cukup dikenal publik. Namun, tingkat keterpilihannya belum menunjukkan peningkatan signifikan.

Namun, dinamika politik masih akan terjadi sesuai dengan perjalanan waktu. Hasil pemilu legislatif akan sangat menentukan kontestasi pemilu presiden.

Bestian Nainggolan, Litbang Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar