Minggu, 08 September 2013

Mengalahkan Meksiko dan Spanyol

Salahuddin Wahid

Dalam kaitan mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat, Menteri BUMN Dahlan Iskan memaparkan empat programnya apabila terpilih menjadi presiden 2014.

Dalam lima tahun kepemimpinannya, Indonesia akan menjadi negara besar yang bisa mengalahkan Meksiko dan Spanyol dari sisi ekonomi dengan produk domestik bruto (PDB) paling tidak 2.000 miliar dollar AS.

Menurut menteri BUMN itu, program selanjutnya adalah meningkatkan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) untuk menaikkan urutan Indonesia di atas Vietnam. Kita sekarang di bawah Vietnam. Dulu kita pernah di atasnya. Sekarang kita di urutan ke-122 dan Vietnam sudah di urutan ke-75. Dahlan Iskan sudah kontak beberapa pihak di bidang MDG bahwa kita harus meningkatkan kualitas manusia kita sehingga kita sudah bisa kembali di urutan ke-70, ke-75, sampai ke-80 pada 2019.

Menumbuhkan optimisme

Apa yang disampaikan menteri BUMN itu sejalan dengan pernyataan sejumlah menteri yang mengutip hasil kajian McKinsey bahwa pada 2030 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia terbesar (keenam atau ketujuh) dan pendapatan per kapita per tahun mencapai 18.000 dollar AS. Saya menduga bahwa pernyataan itu dikeluarkan untuk menumbuhkan optimisme kita dan semangat untuk meraih kemajuan. Itu baik. Apakah benar perkiraan menteri BUMN itu?

Menurut perkiraan IMF di Google, pada 2010 PDB (nominal) Meksiko 1.034 M (miliar) dollar AS, pada 2012 sebesar 1.177 M dollar AS, dan pada 2018 mencapai 1.656 M dollar AS. Dihitung dengan metodologi PPP, maka PDB Meksiko pada 2010: 1.662 M dollar AS, pada 2012: 1.759 M dollar AS, dan pada 2018: 2.412 M dollar AS.

Untuk Spanyol, PDB (nominal) pada 2010: 1.392 M dollar AS, pada 2012: 1.352 M dollar AS, dan pada 2018: 1.524 M dollar AS. Dihitung dengan metodologi PPP, maka PDB Spanyol pada 2010: 1.406 M dollar AS, pada 2012: 1.416 M dollar AS, dan pada 2018: 1.670 M dollar AS.

Untuk Indonesia, PDB nominal pada 2010: 710 M dollar AS, pada 2012: 878 M dollar AS, dan pada 2018: 1.482 M dollar AS. Dihitung dengan metodologi PPP, maka PDB Indonesia pada 2010: 1.125 M dollar AS, pada 2012: 1.217 M dollar AS, dan pada 2018: 1.993 M dollar AS.

Jadi, berdasarkan perkiraan IMF di atas, PDB Indonesia (nominal) belum mencapai 2.000 miliar dollar AS pada 2019 dan belum bisa mengalahkan Spanyol dan Meksiko. Namun, peningkatan PDB kita paling tinggi (di atas 100 persen), sedangkan Meksiko sekitar 60 persen dan Spanyol hanya sekitar 10 persen.

Kalau PDB dihitung memakai metodologi PPP, maka PDB kita pada 2019 sudah melampaui 2.000 miliar dollar AS dan sudah di atas Spanyol, tetapi belum bisa mengalahkan Meksiko. Mungkin menteri BUMN menggunakan proyeksi yang disusun lembaga lain sebagai dasar paparannya.

Peran pemerintah minim

Menurut banyak pengamat, peran pemerintah dalam pertumbuhan atau peningkatan PDB tak terlampau besar. Tanpa peran pemerintah, ekonomi akan tumbuh terutama karena konsumsi masyarakat.

Peran pemerintah terutama dilakukan melalui APBN. Karena APBN terbatas, kemampuan membangun infrastruktur pun terbatas. Kita tak mampu memenuhi perintah UU Kesehatan untuk memenuhi anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari APBN.

Anggaran pendidikan minimal 20 persen dari APBN pun belum membuat pemerintah mampu melayani kebutuhan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan perintah UUD. Peran swasta dalam pendidikan
dasar, menengah, dan tinggi masih cukup besar. Besarnya anggaran itu akan memengaruhi keberhasilan program MDG kita.

Kalau dalam masalah PDB (nominal) Indonesia menempati posisi ke-16 atau ke-17, tidak demikian halnya dalam masalah anggaran (pendapatan) negara. Kita berada pada urutan ke-26. Kalau pada 2011 PDB kita (847 M dollar AS) sudah bisa mengalahkan Belanda (837 M dollar AS), dalam masalah penerimaan pemerintah, kita jauh tertinggal dari Belanda.

Pada 2011 penerimaan Pemerintah RI 134 M dollar AS, sedangkan penerimaan Pemerintah Belanda 381 M dollar AS. Pengeluaran RI pada 2011 adalah 144 M dollar AS (defisit 10 M dollar AS), dan pengeluaran Belanda 420 M dollar AS (defisit 39 M dollar AS).

Bayangkan, betapa timpangnya. Pendapatan Belanda yang luasnya sekitar 42.000 kilometer persegi dan penduduk hampir 17 juta orang bisa 285 persen lebih besar daripada pendapatan RI. Padahal, RI punya luas daratan hampir 50 kali luas daratan Belanda, ditambah laut yang luasnya sekitar 4 juta kilometer persegi, dan punya penduduk 14 kali lebih banyak.

Perbaikan pemerataan

Kita tentu bergembira bahwa PDB kita telah meningkat secara berarti dan diperkirakan akan terus meningkat, tetapi peningkatan PDB itu harus diikuti dengan perbaikan dalam pemerataannya.
Kita juga menghargai bahwa penerimaan pemerintah terus meningkat, tetapi kita perlu memahami bahwa potensi peningkatan penerimaan pemerintah masih amat terbuka.

Reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Pajak masih perlu ditingkatkan dan harus diikuti dengan reformasi birokrasi di lembaga pemerintah lain. Juga harus diikuti dengan penegakan hukum dan keadilan serta pemberantasan korupsi yang lebih intensif dan tidak pandang bulu.

Salahuddin Wahid, Pengasuh Pesantren Tebuireng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar